Saya kembali menulis di Laptopku tentang ambisi-ambisiku. Laptopku bermerek Dell. Kubelikan dari uang korupsi selama saya menduduki jabatan sebagai negarawan di Timor-Timur.
ketika saya masih berkuasa, saya merasa bahwa saya berada di atas segala-galanya. Saya menganggap semua masyarakat Timor-Timur adalah kotor, buta huruf, miskin dan bodoh.
Saya menganggap mereka yang ikut memperjuangankan kemerdekaan Timor-Timur sekedar mengisi impian-impian mereka. Mereka sebenarnya bukan kaum pejuang yang mulia tapi mereka memiliki ambisi-ambisi tertentu selama berjuang.
Pejuang yang mulia adalah saya dan kaum-kaum intelektual lain dari partaiku, terutama mereke yang lari ke luar negeri ketika tanah Timor-Timur diduduki secara ilegal oleh pasukan Indonesia pada bulan Desember tahun 1975.
Keluargaku termasuk orang kaya di Timor-Timur. Walaupun mereka tidak ikut memperjuangkan kemerdekaan Timor-Timur, tapi bila saya menjadi seorang negarawan, maka mereka semua akan mendapat bagian dari kekayaan Timor-Timur.
Ketika saya sebagai negarawan, saya lupa akan keadilan dan kebenaran. Yang saya pikirkan adalah bagaimana saya bisa memimpin selama 50 tahun.
Hari ini saya puas dengan kedudukanku, walaupun kadang kala saya stress bila mendengar isu-isu yang tidak sehat tentang kesombonganku, arogansiku, sok tahuku dan lain-lain.
Timor-Timur merdeka bukan untuk mereka yang ikut memperjuangkan kemerdekaan tapi kemerdekaan Timor-Timur hanya untuk partaiku, keluargaku, teman-temanku, kesombonganku dan ambisiku.
No comments:
Post a Comment