My photo
Um escritor, um poeta, um aventureiro,

Wednesday, 14 October 2009

Buku Harian Seorang Negarawan 7

Seorang ibu menulis surat kepadaku. Didalam surat tersebut, ibu itu menceritakan kepadaku bahwa selama perang di Timor-Timur setiap orang yang meninggal karena perang, maka ia selalu menusuk kulitnya yang kurus dengan sebuah tinta hitam –alias- memberi “tatto” kepada tubuhnya dengan sebuah tanda titik. Hitam warnanya. Kini tubuhnya penuh dengan “tatto”. Dari kaki sampai kepala, di telingga, di telapak tangan dan kaki dan sebagainya. Ibu itu menyatakan bahwa ia tidak tahu dimana lagi bagian tubuhnya yang harus di “tattokan” bila tetap terjadi permusuhan sesama orang Timor Timur di negeri krokodil itu.

Ia memohon kepada generasiku supaya berhenti dengan perang mulut yang tidak sehat, yang hanya memecah belah rakyat Timor-Timur. Ia juga memohon supaya generasiku memperhatikan generasi yang lahir paska perang di Timor-Timur.

“Bayangkan sejak 75 sampai 99 saya mentattokan kulitku. Ditahun 06 saya terpaksa mentattokan kembali tubuhku. Jadi, tolong perhatikanlah suratku ini, please, por favor”. Begitulah ibu itu menutup isi suratnya.

Suatu hari ketika saya sedang mempersiapkan sebuah deklarasi politik, tiba-tiba seorang ibu datang ke gabinetku. Setelah berbincang-bincang dengannya tiba-tiba ia menyuruh saya untuk melihat tubuhnya yang penuh dengan “tatto” hitam. Saya tidak mampu melihat tubuhnya yang kurus kering. Saya menutup mataku dengan ribuan uang yang berada diatas meja kerjaku.

Ibu itu berteriak “hai ambisi kekuasaan, bukalah matamu dan lihatlah tubuhku. Ini adalah hasil dari perang di Timor-Timur. Kami tidak ingin perang terjadi kembali di Timor-Timur. Kami ingin kedamaian dan ketentraman”.

Saya memasuki beberapa ribuan uang kedalam telinggaku untuk tidak mendengar kata-kata yang keluar dari mulut siibu itu. Saya pusing, saya tidak terkontrol lagi. Akhirnya saya menyerah dan saya katakan kepada ibu itu bahwa memang karena ambisiku telah membawa malapetaka untuk rakyat Timor-Timur.

“Rakyat Timor-Timur yang baru keluar dari perang perlu kedamaian dan ketentraman”, kataku dalam hati.

No comments:

Post a Comment