Oleh: Anwariansyah
Kanal: Opini
Perang tidak pernah bisa dilepaskan dari politik. Dan politik tidak pernah sepi dari perang, paling tidak “perang” antar partai, politikus atau calon legislatif dan presiden. Perang itu dilakukan dalam rangka meraih kesuksesan politik, bisa berupa karir di partai, kedudukan sebagai anggota dewan, sampai jabatan nomor satu di sebuah negara demokrasi, yakni presiden.
Perang pasti memerlukan strategi. Begitu juga dengan “perang” di dunia politik. Selain dibutuhkan kecerdasan, di dunia yang penuh intrik dan taktik ini diperlukan juga strategi-strategi jitu yang efektif. Strategi perang yang baik, bukan hanya akan menghasilkan sebuah kemenangan tetapi juga keselamatan bagi pemenangnya.
Perang adalah sebuah seni bak tarian kuas di atas kanvas sang pelukis. Strategi adalah keras dan lembut kuasan cat, taktik adalah gelap dan terang goresan warna. Kemenangan adalah kepuasan tatapan mata sang pelukis di antara bangkai-bangkai cipratan cat dan bulu-bulu kuas yang berserakan.
Sun Tzu (400 – 320 SM) diyakini sebagai penulis Art of War (Seni Perang) sebuah karya militer klasik tertua dalam literatur Cina. Art of War diperkenalkan di Jepang sekitar tahun 716 – 735 Masehi dan seribu tahun kemudian muncul di Eropa, bertepatan saat bangsa di benua itu memulai suatu serbuan untuk mendominasi dunia.
Berikut ini adalah sebagian isi dari Art of War yang monumental tersebut sebagai pencerahan untuk para politikus dan juga anda yang sekarang sedang “berperang” di bisnis, kantor, organisasi atau di tengah masyarakat.
“Seni perang sangat penting bagi negara.
Ini menyangkut masalah hidup dan mati,
satu jalan (tao) manuju keselamatan
atau kehancuran.”
“Kenalilah musuhmu, kenalilah diri sendiri.
Maka kau bisa berjuang dalam 100 pertempuran
tanpa resiko kalah.
Kenali Bumi, kenali Langit, dan kemenanganmu akan menjadi lengkap.”
“Sang jenderal adalah pelindung negara.
Ketika sang pelindung utuh, tentu negaranya kuat.
Kalau sang pelindung cacat, tentu negaranya lemah.”
“Kemungkinan menang terletak pada serangan.
Mereka yang menduduki medan pertempurannya lebih
dulu dan menantikan musuhnya, akan memperoleh kemenangan.”
“Mengetahui kapan seseorang dapat
dan tidak dapat bertempur
adalah kemenangan.”
“Mengetahui menggunakan
yang banyak dan yang sedikit
adalah kemenangan.”
“Atasan dan bawahan
yang menginginkan hasrat yang sama
adalah kemenangan.”
“Bersikap siap dan menunggu musuh tidak siap
adalah kemenangan.”
“Militer yang menang
sudah menang lebih dulu, baru bertempur.
Militer yang kalah bertempur dulu,
baru mencari kemenangan.”
“Melawan yang banyak
sama seperti melawan yang sedikit.
Itu hanya soal bentuk dan nama.”
“Kejarlah rancangan-rancangan strategis
untuk membuat musuh takjub.
Maka kau bisa merebut kota-kota musuh
dan menggulingkan negaranya.”
“Untuk menyerang dan pasti merebutnya
seranglah di mana mereka tidak bertahan.”
“Untuk bertahan dan pasti tetap teguh,
bertahanlah di mana mereka pasti menyerang.”
“Demikianlah kalau seseorang terampil menyerang,
musuh tidak tahu di mana ia harus bertahan.
Kalau seseorang terampil bertahan,
musuh tidak tahu di mana ia harus menyerang.”
“Jenderal yang terampil akan membentuk lawannya,
sementara ia sendiri tanpa bentuk.”
Bagi seorang jenderal ada lima bahaya –
Bertekad mati, ia bisa tewas.
Bertekad hidup, ia bisa tertangkap.
Cepat marah, ia bisa dihasut.
Murni dan jujur, ia bisa dipermalukan.
Mengasihi orang banyak, ia bisa dibuat jengkel.
Kelimanya adalah bencana dalam militer.”
“Gunakan keteraturan
untuk menantikan kekacauan.
Gunakan ketenangan
untuk menantikan kebisingan,
inilah yang dimaksud dengan
mengatur hati dan pikiran.”
“Buatlah jalan mereka memutar.
Dan pancinglah mereka dengan keuntungan.”
“Ketika serangan elang meremukkan tubuh
mangsanya, itu adalah berkat waktunya (timing).
Waktu adalah serupa dengan ditariknya pelatuk.”
“Jangan ulangi cara-cara meraih kemenangan.”
“Komandan yang andal dalam perang
meningkatkan pengaruh moral
dan patuh kepada hukum serta peraturan.
Demikianlah ia berkuasa mengendalikan sukses.”
“Adalah urusan seorang jenderal
untuk tidak banyak bicara,
sehingga lebih dapat menyimak.”
“Seorang jenderal mewakili nilai-nilai kebaikan
dari kebijaksanaan, ketulusan, kemurahan hati,
keberanian, dan kedisiplinan.”
“Bersekutulah dengan negara tetangga
di daerah perbatasan.”
“Meraih 100 kemenangan dalam 100 pertempuran
bukanlah puncak keterampilan. Menaklukkan musuh
tanpa bertempurlah kesempurnaan tertinggi.”
“Mata-mata merupakan elemen penting dalam perang,
karena di pundak mereka bergantung kemampuan
pasukan untuk bergerak.”
“Rahasia dari tipu daya adalah mengetahui
bagaimana memanipulasi pandangan musuh.
Membuat yang jauh kelihatan dekat,
dan yang dekat kelihatan jauh.”
“Jenderal yang baik menghindari musuh
yang semangatnya tinggi. Ia menyerang musuh
pada saat mereka lelah.”
“Kunci memenangkan pertempuran
adalah memahami maksud musuh.
Konsentrasikan kekuatan di satu arah.
Tempuhlah jarak seribu li, dan
bunuhlah jenderalnya.”
“Ada enam kesalahan yang bisa menyebabkan kekalahan;
yaitu pengkhianatan, ketidakpatuhan, kesia-siaan,
ketergesa-gesaan, kekacauan, dan kekurangmampuan.”
“Kemiliteran adalah tao penyesatan.
Ketika dekat, wujudkan seolah-olah jauh.
Ketika jauh, wujudkan seolah-olah dekat.
Demikianlah ketika ia mencari keuntungan, pancinglah ia.”
“Keunggulan tertinggi adalah kemampuan menembus
pertahanan musuh tanpa harus berperang.
Pejuang terhebat adalah yang mampu menekan musuh
untuk menyerah tanpa perlawanan.”
Sumber isi tulisan : Art of War (Seni Perang) Sun Tzu Sumber gambar : http://www.booksshouldbefree.com/images/big/45.jpg Fonte: http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=13526
mantap artikelnya gan.
ReplyDeletewww.kiostiket.com