My photo
Um escritor, um poeta, um aventureiro,

Monday 12 October 2015

Pak (Almarhum) Buyung Nasution

Pertemuan antara pemuda Timor Leste dengan kelompok pro-demokrasi Indonesia 1993

Diam-diam kami membaur dengan kelompok mahasiswa dan aktivis Indonesia yang berjuang untuk demokrasi di Indonesia dan untuk kemerdekaan Timor Leste. Salah satunya adalah beliau almarhum Buyung Nasution. 

Waktu itu keadaan sangat sulit bagi pergerakan dan kehidupan orang2 Timor Leste di Jakarta. Pak Xanana sendiri (waktu itu di LP Cipinang) sebagai tapol, telah mengeluarkan sebuah surat imbauan kepada kelompok pro demokrasi Indonesia yang isinya sangat jelas: "tidak ada demokrasi di Indonesia tampa pembebasan Timor Leste". Surat inilah yang kami bawa ke Bandung dalam sebuah rapat rahasia dengan kelompok pro demokrasi Indonesia, ditahun 1993. 

Keadaan memang sangat sulit 

Jakarta adalah ibukota Indonesia. Beberapa tahanan politik Timor Leste dipenjarakan di LP Cipinang. Mereka adalah tapol Fretilin yang dipenjarakan tampa melalui sidang di pengadilan. Juga di Jakarta didirikan beberapa organisasi kepemudaan pergerakan Timor Leste adalah cabang Renetil, pusat Fecletil dan lainnya. Juga, beberapa kaum muda seminarista sedang menuntut ilmu disana. Juga kaum buruh Timor Leste diperkerjakan di sana. Dan juga beberapa pemuda Timor Leste paska 12 Nopember 1991. Beberapa mahasiswa sedang menuntut ilmu di Jakarta. Unsur2 atau element2 inilah merupakan sebuah kekuatan sangat besar waktu itu. Terinspirasi oleh kekalahan Amerika di perang Vietnam, maka kami mulai menjalin kerja sama dengan orang Indonesia sendiri untuk menentang kehadiran Indonesia di TL. 

Setelah membaur dengan orang2 Indonesia maka tugas utama kami adalah membawa masalah TL ke kalangan pro demokrasi Indonesia. Perang informasi waktu itu sangat krusial. Hal itu tidak gampang karena kami bermain politik dengan enemy ditanah enemy sendiri. Perasaan waktu itu adalah antara mati atau hidup. Tetapi waktu itu kami sudah siap mengorbankan nyawa, pendidikan dan masa depan kami demi TL.

Waktu itu muncul juga rasa saling mencurigai diantara kami. Tetapi dengan perbedaan pendapat yang ada, dengan sikap saling mencurigai dan kekurangan yang ada, kami terus saja melakukan tugas masing2. Kadang kala kami menentang atau tidak melaksanakan perintah karena didalam sebuah pergerakan klandestina nyali sebagai individu dan aktivis untuk hidup membaur dengan musuh sangatlah penting. 

Saya mengenal Pa Buyung Nasution di tahun 1993. Waktu itu ia baru pulang dari Belanda dan ia ingin bertemu dan menjalin kerja sama dengan aktivis Timor Leste. Maka kami mulai melakukan pertemuan. Sering kali saya bertemu di kantornya LBH. 

Saya menghargai perjuangannya untuk kemerdekaan Timor Leste. 

Selamat Jalan Pa Buyung.

No comments:

Post a Comment